Melihat Furnitur Hasil Sampah Plastik di Taman Kota Medan

Salah satu furnitur hasil sampah plastik

IMAJI.CO.ID, Medan – Sulit untuk menemukan solusi bagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang overload. Apalagi produksi hingga konsumsi sampah plastik di Indonesia tergolong tinggi. Berdasarkan catatan dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, bahwa lebih dari 17,4 juta ton timbunan sampah setiap tahunnya.

Sementara mitigasi pengurangan sampah hanya di angka hampir 16%, penanganan sampah sekitar 50%, dan sampah tidak terkelola alih-alih mencapai angka lebih dari 33%. Sisa makanan dalam hal ini menjadi jenis sampah yang paling banyak ditemukan, angkanya mencapai 45% dan sampah rumah tangga sebanyak 39%.

Berbagai upaya berbasis ekologis sudah banyak dilakukan baik oleh anak muda maupun kelompok-kelompok pecinta lingkungan. Hal tersebut semata merupakan bentuk ikhtiar mereka dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan menstimulus masyarakat untuk lebih memerhatikan kondisi alam. Tak terkecuali giat-giat yang dilakukan di workshop Ecofriendly Board.

Proses penghancuran sampah plastik sebagai bahan baku pembuatan furnitur.

Di tempat yang mirip sebuah pabrik ini, semua sampah plastik diolah sekaligus menjadi solusi bagi TPA yang overload. Ecofriendly sendiri mengolah sampah plastik menjadi barang-barang furniture. Terobosan ini termasuk yang paling unik sebab sangat jarang ada di Indonesia. Bahkan sang founder yang bernama Tom Sinaga mengatakan bahwa hilirisasi sampah plastik menjadi bahan furniture seperti Ecofriendly Board menjadi satu-satunya di Sumatera.

“Saya buat hari ini bahan baku furniture yang ramah lingkungan, supaya untuk mengingatkan saya juga untuk selalu mengedukasi agar ke depannya masyarakat bisa memanfaatkan plastik daur ulang. Jadi penebangan pohon akan menjadi semakin berkurang,” kata Tom.

Mungkin Imajiners akan berdecak kagum kala melihat banyak sampah plastik yang disulap menjadi barang furniture. Seperti meja, kursi, bangku taman, lampu taman, rambu-rambu lalu lintas, hingga lampu panel surya. Semuanya itu 100% terbuat dari sampah plastik yang tidak digunakan lagi seperti bungkus jajanan dan sebagainya.

Tidak sampai di situ saja, Ecofroiendly Board juga pernah punya gebrakan prioritas saat masa kontestasi politik. Di mana mereka mampu menyulap sampah-sampah dari baliho partai politik atau calon legislatif menjadi sebuah papan furniture untuk bangku taman.

“Selain membantu pemerintah untuk mengurangi sampah plastik, di mana TPA sangat over saat ini, kita juga mengedukasi banyak orang dengan produk recycle. Di mana produk ini menjadi solusi yang tepat untuk menggantikan kayu yang biasanya melibatkan aktivitas penebangan dan penggundulan pohon. Iklim ramah lingkungan akan kita ciptakan. Mulanya Sampah plastik yang sudah kita pilah akan dibersihkan, kemudian kita cacah supaya halus dengan mesin,” ujarnya.

Saat sampah plastik sudah menjadi potongan-potongan kecil, kemudian dimasukkan ke dalam molding untuk dipanaskan dengan suhu tertentu. Dari molding akan dikeluarkan lelehan yang mirip seperti dodol kemudian dicetak menjadi balok-balok dengan panjang sesuai ukuran. Setelah itu balok didinginkan untuk dibentuk menjadi barang-barang furniture yang diinginkan.

“Kita pastikan produknya lebih kokoh, lebih tahan lama, tahan air, anti rayap, juga anti maling karena sangat berat. Untuk membuat meja besar saja butuh sampah plastik sebanyak satu pick up setengah. Jika dikilogramkan bisa mencapai 250 kg sampah plastik. Karena begitu kokoh, untuk merakit papan menjadi meja kami menggunakan baut, bukan paku,” bebernya.

Mimpi Tom untuk membuat produk ramah lingkungan karyanya mejeng di taman-taman kota pada akhirnya kesampaian. Sejauh ini, karya Tom berhasil mejeng di sekolah-sekolah, taman perusahaan BUMN, hingga taman Cadika Medan.

“Kualitasnya masih baik dan tidak menurun. Meja taman buatan kita ditaruh di outdoor, kena ujan, kena panas, tapi masih bagus. Ini merupakan salah satu keunggulan perabotan berbahan sampah plastik yang sangat padat. Untuk meja ini, sampah plastik yang kita kutip berasal dari masyarakat sekitar dan pesisir pantai di Belawan,” pungkasnya. (EK)

ADVERTISEMENT