Komitmen North Sumatera Youth Tobacco Control Movement Perangi Konsumsi Rokok Pada Generasi Muda

North Sumatera Youth Tobacco Control Movement (NSYTCM)

IMAJI.CO.ID, MEDAN– Misi anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas North Sumatera Youth Tobacco Control Movement (NSYTCM) tampaknya harus melewati jalan terjal. Sebab mereka yang berkampanye menyadarkan masyarakat soal bahaya rokok, harus mendobrak tingginya angka perokok aktif khususnya pada anak-anak di bawah umur/pelajar.

Data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2021 menjelaskan bahwa sekitar 19,2% pelajar Indonesia berusia 13-15 tahun adalah perokok aktif​. Sementara itu, penggunaan rokok elektronik di kalangan remaja melonjak 10 kali lipat dalam satu dekade terakhir. Di Sumatera Utara sendiri menurut data BPS pada tahun 2023, anak usia 15 tahun ke atas yang menjadi perokok aktif mencapai 26,28% naik 0,96% dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 25,32%.

Komunitas NSYTCM terus berikhtiar dalam membantu menurunkan angka konsumsi tembakau/rokok yang tinggi di Sumatera Utara. Selama tiga tahun berdiri, mereka telah aktif melakukan beragam kampanye dan aksi untuk mencegah anak-anak di bawah umur semakin banyak mengonsumsi rokok.

“NSYTCM ini bergerak dalam isu pengendalian tembakau, khususnya di isu kesehatan dan perlindungan anak. Kita bersama anak muda ingin mengampanyekan peduli kesehatan untuk masa depan generasi bangsa. Jadi dimulai dari hal yang paling sering terjadi di kalangan anak muda, yaitu konsumsi rokok,” kata Zulqadri selaku koordinator NSYTCM kepada IMAJI, Minggu (27/10/2024).

Data lain dari Global Burden of Disease menyebutkan bahwa lebih dari 416 juta Quality Adjusted Life Years (QALYs) hilang akibat dampak aktivitas merokok. Di mana sebagian besar terjadi di kalangan anak muda​. Melihat angka yang besar ini, NSYTCM serius memerangi begitu masifnya anak muda menjadi perokok aktif.

“Bagi kami yang bergerak di isu ini, rokok adalah ancaman terdekat generasi muda terhadap kesehatannya. Bayangkan ketika anak muda atau generasi muda hari ini semuanya perokok dan terindikasi penyakit paru-paru, artinya ini semakin mempersempit generasi kita bisa sehat ke depannya. Inilah yang menjadi renungan bersama. Kita mau generasi ini bebas dari asap rokok, bebas dari konsumsi rokok, dan bebas dari iklan rokok,” jelas Zulqadri.

Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Indonesia sendiri menanggung kerugian kesehatan besar akibat penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh konsumsi rokok​. Selain mempengaruhi generasi saat ini, pengaruh tersebut tentu akan menjadi batu sandungan generasi mendatang.

“Karena selain mengancam kesehatan, rokok juga bisa merusak ekonomi kita meskipun kita menganggap industri rokok itu banyak memberikan pajak. Tapi justru penyakit yang diakibatkan oleh produk mereka bisa banyak merugikan negara. BPJS yang keluar karena penyakit yang diakibatkan oleh rokok itu justru lebih besar dibandingkan pajak yang diberikan industri rokok kepada negara,” klaim Zulqadri.

Selain aktif mengampanyekan lingkungan bersih tanpa asap rokok di tempat umum, baru-baru ini NSYTCM menggelar sebuah talkshow akbar dan mengundang pakar serta panelis kesehatan. Mereka merangkul mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dalam pengendalian rokok. Sebab, rokok menjadi salah satu sebab penyakit TBC datang.

“Kemarin kita membahas tentang TBC dan apa keterkaitannya dengan rokok. Ternyata dokter membenarkan bahwa merokok bisa menyebabkan TBC dan gangguan lain pada paru-paru kita. Zat-zat nikotin yang terkandung dalam rokok bisa menstimulus bakteri TBC. Selain itu, kita mengajak anak-anak muda lebih aware terhadap penyintas TBC. Karena kebanyakan mereka akhirnya kena diskriminasi di lingkungannya,” bebernya.

Dari data yang dihimpun Yayasan KNCV Indonesia, zat kimia yang terkandung di dalam rokok bisa menyebabkan perubahan respon kekebalan tubuh dan kerusakan pada jenis-jenis sel darah putih seperti makrofag, monosit, dan limfosit CD4. Selain dampak buruknya terhadap sel kekebalan tubuh, dampak buruk mekanik juga terjadi pada fungsi sel-sel rambut halus yang berperan sebagai lapisan pelindung jaringan paru-paru. Itu sebabnya paru-paru menjadi organ yang paling banyak diserang oleh asap rokok.

Tidak sampai di situ, kepada IMAJI Zulqadri menerangkan bahwa komunitasnya bersama dengan lembaga terkait aktif melakukan survei. Di mana hasil dari survei dan kampanye tersebut mereka rekomendasikan kepada pemerintah agar membuat kebijakan yang lebih inklusif.

“Anak muda sekarang banyak kesehatannya terganggu karena rokok. Jadi kita mau mengatakan bahwa mereka bisa terhindar dari itu dan mulai hidup sehat seperti berolahraga serta melakukan pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya. (EK)

ADVERTISEMENT